Selasa, 23 November 2010
Kecepatan Internet 3G dan 3,5G di indonesia Hanya Setara GPRS?
Menurut DEWA IQBAL, harapan untuk bisa mendapatkan kecepatan maksimal dari telepon seluler (ponsel) itu sesuai kapasitasnya, ternyata tidaklah seperti yang dibayangkan. Ponsel untuk jaringan generasi ketiga (3G) yang keluar belakangan biasanya sudah memiliki kapasitas untuk kecepatan HSDPA yang optimumnya bisa mencapai 3,6 megabit per detik (Mbps). Tentu ini merupakan kecepatan yang fantastis untuk sebuah ponsel.
Namun, harapan ini tampaknya tidak seperti yang dirasakan para pemilik ponsel. Jangankan sebuah tayangan yang mulus, untuk menerima video call saja masih terlihat patah-patah. Antara gerak bibir dan suara tidak serempak (sinkron), suara terlihat mendahului.
Mengapa operator menjanjikan kecepatan 3G sedangkan yang didapat oleh konsumen tidak lebih dari kecepatan GPRS (sekitar 384 kbps) saja?
Hal ini tentu berbeda dengan yang ada di Jepang. Sebuah laporan yang ditulis di kompas.com menyatakan bahwa pada suatu pengujian yang dilakukan di kota Tokyo kecepatan koneksi internet di ruangan hotel yang diberikan secara gratis, mencapai 8,32 Mbps untuk transfer data untuk download. Adapun untuk upload 9,20 Mbps, sangat jauh di atas standar kecepatan 3,5G yang berada di up to 3,6 Mbps. Pengujian yang sama yang dilakukan di daerah luar kota dan dekat dengan Gunung Fuji juga memberikan hasil yang kurang lebih sama, yaitu download menunjukkan 10,01 Mbps dan untuk upload 9,36 Mbps. Dengan kecepatan sebesar itu, masih menurut laporan yang sama untuk download atau mengunduh file mp3 sebesar 5 MB hanya dibutuhkan waktu sekitar 4 detik. Untuk unduh klip video 35 MB, waktu yang dibutuhkan hanya 11 detik. Jika ingin mengunduh data film sebesar 800 MB, maka hanya dibutuhkan waktu kira-kita 11 menit. Sungguh cepat bukan?
Lalu bagaimana dengan kecepatan koneksi internet 3G di Indonesia saat ini? A W Subarkah menyatakan bahwa persoalan yang sebenarnya terjadi, ternyata bukan semata-mata pada kemampuan ponsel HSDPA atau modem itu, tetapi lebih pada jaringan. Jaringan 3G di Indonesia masih baru, selain itu juga belum semua base transceiver station (BTS) 3G atau yang lebih spesifik disebut Note B sudah di-upgrade sampai kapasitas HSDPA atau 3,5 G.
Pengalaman saya sendiri juga membuktikan hal yang kurang lebih sama. Dengan handset Blackberry 8830 (Huron) dan kartu dari sebuah operator CDMA yang sudah menerapkan EVDO (katanya setara 3,5G) menonton video youtube yang diklaim oleh operator tersebut tidak putus-putus ternyata yang terjadi kebalikannya. Memang saya tidak mengukur berapa secara pasti kecepatan saat itu, namun dari yang saya alami itu benar adanya bahwa kecepatan 3G yang dijanjikan apalagi 3,5G sebenarnya lebih banyak iklan tanpa kenyataan. Apalagi kecepatan tersebut tidak atau hampir tak pernah konstan, sinyal banyak hilang (tidak stabil) karena banyaknya blank spot.
Lalu dari banyaknya operator yang menerapkan 3G dan 3,5G saat ini mengapa yang diiklankan tersebut sangat jauh dari kenyataan yang sebenarnya? Saya rasa dengan makin membanjirnya handset 3G dan 3,5G serta berbagai macam modem sepertinya tidak dibarengi oleh perluasan dan perbaikan jaringan yang memadai. Operator sepertinya masih menjual iklan sementara jaringan tidak begitu siap dengan makin banyaknya pengguna. Hal ini bisa kita lihat koneksi internet 3G atau 3,5G tersebut belumlah merata dan konsumen masih mendapat kecepatan yang hanya setara bahkan bisa jadi di bawah kecepatan GPRS.
Tentu sebagai konsumen kita perlu menanyakan hal ini kepada operator. Selain itu kita juga perlu sering-sering mengukur kecepatan real koneksi internet 3G tersebut agar lebih tahu berapa sih sebenarnya kecepatan yang kita dapat dengan berlangganan koneksi internet 3G tersebut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar