NEW YORK – Hampir setiap bangsa di dunia ini setuju bahwa secara umum, rasisme merupakan hal yang buruk. Tapi, yang menghalangi seluruh dunia menyatukan kekuatan untuk menghadapi masalah itu adalah ketidaksepahaman terkait definisi rasisme, khususnya jika berbicara mengenai Israel.
Agaknya, hal itu masih tidak akan berubah. Pekan lalu, Israel mengatakan mungkin akan memboikot sebuah konferensi PBB melawan rasisme pada bulan September mendatang setelah Majelis Umum PBB memutuskan menyelenggakakan konferensi tersebut sebagai kelanjutan konferensi rasisme pertama PBB yang digelar 10 tahun sebelumnya di Durban, Afrika Selatan.
Agaknya, hal itu masih tidak akan berubah. Pekan lalu, Israel mengatakan mungkin akan memboikot sebuah konferensi PBB melawan rasisme pada bulan September mendatang setelah Majelis Umum PBB memutuskan menyelenggakakan konferensi tersebut sebagai kelanjutan konferensi rasisme pertama PBB yang digelar 10 tahun sebelumnya di Durban, Afrika Selatan.
Pertemuan di Durban tersebut berubah menjadi perseteruan diplomatik saat negara-negara Afrika dan Muslim memimpin mayoritas negara anggota PBB mendukung deklarasi resmi yang menyebut Israel rasis terkait perlakuannya terhadap Palestina. Deklarasi tersebut ditentang oleh Amerika Serikat, banyak negara Eropa, serta Israel sendiri.
Setelah berbulan-bulan berusaha mengubah agenda kelanjutan pertama konferensi Durban tahun lalu di Jenewa, Amerika Serikat dan negara-negara lain memutuskan untuk melewatkannya. Setelah Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berpidato dan menyebut Israel sebagai rezim represif yang keji, banyak negara Eropa yang melakukan aksi walk out.
Bagi Israel, pengambilan suara Majelis Umum sebelum Natal lalu untuk menjadikan konferensi tahun depan sebagai "Durban III" mengindikasikan bahwa diplomasi yang ada tidak akan lebih mulus atau produktif kali ini.
"Berdasarkan keadaan saat ini, selama pertemuan tersebut dinyatakan sebagai bagian dari proses Durban, Israel tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan yang dijadwalkan digelar di markas PBB di New York pada September 2011," kata Karean Peretz, juru bicara wanita misi Israel untuk PBB.
"Konferensi Durban pada 2001, yang mengandung pesan ‘anti-Semit’ serta memperlihatkan ‘kebencian’ terhadap Israel dan dunia Yahudi, telah menggoreskan luka pada diri kami yang tidak akan sembuh dengan cepat," tambahnya.
"Israel menjadi bagian dari upaya internasional untuk memerangi rasisme. Orang-orang Yahudi sendiri menjadi ‘korban rasisme’ di sepanjang sejarah," katanya.
Kanada sudah menegaskan akan memboikot konferensi tersebut, dan tampaknya Amerika Serikat juga setali tiga uang.
AS melakukan pengambilan suara menentang Durban III, dan Duta Besar Susan Rice mengatakan bahwa pemerintahan Obama tidak ingin melihat "pertunjukan tidak toleran dan anti-Semitisme" yang diperingati Durban I.
Senator Kirsten Gillibrand dari New York memimpin sembilan senator Demokrat dan tujuh senator Republikan menyerukan agar pemerintah AS segera mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan berpartisipasi.
Dalam sebuah surat untuk Rice, para senator tersebtu menambahkan bahwa mereka khususnya merasa marah karena sebuah "forum demonstrasi anti-Semit dan anti-Amerika" akan dijadwalkan di New York hanya beberapa hari setelah peringatan peristiwa 9/11 yang kesepuluh.
"Kita semua menyaksikan betapa suara-suara ekstrem bernada anti-Semit dan anti-Amerika menguasai Durban I dan Durban II," kata Gillibrand.
"Hal yang serupa pastinya akan terjadi dalam (konferensi) Durban III," tambah Gillibrand.
www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar